Kamis, 14 Juni 2012

TOKOH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI



Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini
MONTESSORI
            Maria Montessori(1870-1952) merupakan seorang dokter serta antropolog wanita Itali yang pertama. Hasil-hasil karya dari Montessori menimbulkan pengaruh luar biasa terhadap pendidikan anak prasekolah diseluruh dunia. Pemikiran-pemikiran dan metode pendidikanyapun masih populer di seluruh dunia samapai saat ini. Montessori sangat berminat terhadap pendidikan anak prasekolah sehingga dia membuka sekolah pertamanya di daerah kumuh di kota Roma pada tahun 1907 yang di beri nama Casa Dei Bambini yang berarti rumah anak yaitu semacam kindergarten (Taman Kanak-Kanak) yang dirancang oleh Friederich Wilhelm Froebel(1782-1852), beliau juga merupakan salah satu tokoh PAUD di Jerman dan beliau juga dianggapsebagai bapak PAUD.
Pemikiran Maria Montessori telah memberikan kontribusi yang besar terhadap revolusi pendidikan. Ia menganggap bahwa anaklah yang membangun orang dewasa bukan orang dewasa yang membangun anak. Anak makhluk yang konstruktif yang memerlukan bantuan orang dewasa agar perkembangannya optimal. Pendidikan yang selama itu terjadi dalam pandangan Montessori, telah membelenggu perkembangan anak.
            Montessori merupakan pelopor dalam pengembangan metode belajar calistung (membaca, menulis dan berhitung) bagi anak-anak usia dini dan dia telah mempraktikkan pembelajaran multi indrawi melalui kegiatan sehari-hari. Montessori mendapat pengalamannya setelah menangani anak-anak keterbelakangan mental dan ternyata setelah metode yang diterapkan dalam pendidikan anak dapat dipakai juga untuk anak-anak normal. Menurut Montessori periode yang tepat untuk mengajar anak membaca adalah usia 2-6 tahun sebab periode tersebut dianggapsebagai masa peka bagi anak untuk belajar membaca. Montessori juga berpandangan bahwa perkembangan anak usia dini sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Pandangan bahwa persepsi anak terhadap dunia sebagai dasar dari ilmu pengetahuan, maka dari itu Montessori merancang sebuah materi yang memungkinkan indra seorang anak dikembangkan. Dengan memakai alat yang memungkinkan seseorang mengoreksi diri, anak akan menjadi sadar terhadap berbagai macam rangsangan yang kemudian diorganisasikan dalam pikirannya, misalnya saja seperti ini bila anak belajar tentang suara ( melalui pendengaran) Montessori merancang satu kumpulan kotak. Semua kotak tersebut sama tetapi masing-masing kotak berisi bahan yang berbeda-beda, sehingga jika digoyangkan akan mengeluarkan suara yang tidak sama. Selanjutnya Montessori merancang alat belajar untuk meningkatkan fungsi penglihatan, penciuman, pengecap, dan perabaan dengan cara yang sangat khas dan menarik serta dengan prinsip koreksi diri.

PEMBAHASAN
Montessori mengembangkan metode Montessori sebagai hasil dari penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak yang mengalami keterbelakangan mental. Dengan berdasar hasil kerja dokter Perancis, Jean Marc Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia berupaya membangun suatu lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang memiliki berbagai ketidakmampuan fisik dan mental. Mengikuti keberhasilan dalam perlakuan terhadap anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan dari teknik ini pada pendidikan anak dengan kecerdasan rata-rata. Di tahun 1906, Montessori telah cukup dikenal sehingga ia diminta untuk suatu pusat pengasuhan di distrik San Lorenzo di Roma. Ia menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengamati interaksi anak dengan materi yang ia kembangkan, menyempurnakannya, dan mengembangkan materi baru yang bisa dipakai anak-anak. Dalam pendekatan yang berpusat pada materi ini, tugas utama guru adalah mengamati saat anak memilih materi yang dibuat untuk memahami konsep atau keterampilan tertentu. Pendekatan demikian menjadi ciri utama dari pendidikan Montessori. Pada awalnya perhatian Montessori lebih pada anak usia pra-sekolah. Setelah mengamati perkembangan pada anak yang baru masuk SD, ia dan Mario putranya memulai penelitian baru untuk menyesuaikan pendekatannya terhadap anak usia SD. Ciri-ciri dari metode Montessori yaitu penekanan pada aktivitas pengarahan diri anak dan pengamatan klinis dari guru. Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian diri dengan lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak atau belajar sendiri tanpa bantuan orang lain untuk memperkenalkan berbagai konsep. Disini juga disebutkan bahwa pendidikan jasmani yang mengembangkan otot-otot,berkebun dan belajar tentang alam juga termasuk dalam metode pendidikan Montessori. Di dalam kegiatan pembelajaran Montessori menggunakan berbagai alat yang di rancang secara khusus oleh dirinya yaitu misalnya saja membaca dan menulis diajarkan menggunakan kertas ampelas yang dibentuk huruf-huruf, sedangkan menghitung diajarkan menggunakan aritmatika. Menurut Montessori belajar membaca sebaiknya diajarkan pada anak sejak usia dini karena periode yang dianggap baik dan bagus pada saat anak berumur 2-6 tahun, masa tersebut disebut sebagai masa sensitif untuk belajar membaca(Montessori, 1965 dalam Spodek, 1991).
Masa peka disebut juga periode sensitif (usia emas). Setiap anak yang dilahirkan telah dikaruniai kemampuan dan potensi yang berbeda-beda. Montessori membagi beberapa tahap perkembangan anak yaitu umur 0-6, 6-12, 12-18. Menurut Montessori masa pertumbuhan yang pertama adalah umur 0-6 di saat itulah inteligensi sedang mengalami pembentukan. Keberhasilan pada tahap pertama inilah yang akan mempengaruhi atau menentukan keberhasilan tahap-tahap berikutnya. Keseluruhan daya cipta anak umur 0-6 tahun bersumber dari mentalitas tak sadar karena diangerahi kemampuan untuk mempelajari berbagai bahasa apaun dilingkungannya sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu kepekaan yang luar biasa tajam dan khusus karena benda-benda di sekelilingnya dapat membangkitkan minat serta antusiasme. Anak-anak usia tersebut mudah menyerap apa yang ada dilingkungannya. Oleh karena itu menurut Montessori periode awal umur 0-6 adalah periode  sensitif,masa peka,masa emas dimana bahwa pikiran anak mudah menyerap apapun yang ada di dalam lingkungan sekitarnya. Montessori mengatakan bahwa “Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling kaya, masa ini seharusnya didayagunakan oleh seorang pendidik dengan sebaik-baiknya, jika tersia-sia kehidupan pada masa ini tidak akan pernah dapat dicari gantinya. Tugas kita adalah memanfaatkan tahun-tahun awal kanak-kanak ini dengan kepedulian yang tertinggi,bukan menyia-nyiakannya.”, dikutip dari Dr Alexis Carrel.
Menurut Montessori tahap perkembangan kedua yaitu 6-12 akan berhasil jika anak berkembang dengan baik pada tahap perkembangan yang pertama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberhasilan tahap pertama akan mempengaruhi keberhasilan perkembangan tahap selanjutnya. Masa kanak-kanak merupakan masa yang benar-benar penting, seperti dikatakan Montessori ketika ingin meleburkan gagasan-gagasan baru untuk mengubah atau memperbaiki adat istiadat dan kebiasaan masyarakat untuk menghembuskan nafas baru ke dalam watak bangsanya, kita harus memanfaatkan anak-anak sebagai sarananya sebab tidak banyak prestasi yang dapat kita raih jika berbekal dari orang dewasa. Jika mendambakan sesuatu yang baik maka kepada anak-anak kita harus mengalihkan perhatian demi mewujudkan tujuan-tujuan tersebut.
            Montessori lebih berbicara mengenai perkembangan bahasa daripada pengajaran bahasa. Montessori juga mengajukan sebuah teori bahwa manusia terlahir memiliki kemampuan untuk mempelajari bahasa apapun yaitu bahasa yang terdapat padalingkungannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang anak pasti sangat peka terhadap bunyi-bunyi ujaran, menyimak dengan cermat dan mencamkannya dalam-dalam melebihi hal-hal lain. Montessori sangat menghargai kemampuan yang dimiliki seorang anak dalm memakai panca indranya. Gambaran menganai anak yaitu makhluk mungil yang memperagakan masa peka  bahasa yang di dalamnya ia menghasilkan bunyi-bunyian dan menampilkan bakat di dalam mencermati sumber bunyi yaitu mulut penutur. Montessori berpendapat bahwa jika dua bahasa dituturkan dan digunakan selama masa peka (0-6) yaitu satu bahasa oleh ayah dan satu bahasa oleh ibu maka akan terbentuk sistem kreatif pada pikiran anak yang memungkinkan dirinya menyerap keduanya sehingga dapat menuturkan bahasanya secara benar kepada orang lain.
            Montessori mengatakan bahwa ketika mendidik anakhendaknya ingat bahwa mereka adalah individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Tugas kita hanya memberikan dorongan serta sarana belajar dan fasilitas ketika mereka telah siap mempelajari sesuatu. Tahun-tahun pertama adalah masa emas yang sangat baik untuk pembentukan, yaitu sebagai masa yang penting dalam perkembangan anak baik fisik, mental maupun spiritual. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun kelahiran sampai usia 6 tahun akan menentukan kepribadian anak setelah dewasa.
            Menurut Montessori ada beberapa tahap perkembangan yaitu sebagai berikut:
1.      Sejak lahir sampai usia 3 tahun
Anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalman melalui sensorisnya
2.      Usia setengah tahun sampai kira-kira kurang lebih tiga tahun
Mulai mempunyai kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara dan bercakap-cakap)
3.      Usia 2- 4 tahun
Gerakan-gerakan otot mulai dapat di koordinasikan dengan bak, untuk berjalan maupun untuk bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat bermain benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu yaitu pagi, siang,sore, malam
4.      Rentang usia 3- 6 tahun
Kepekaan untuk peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khusnya pada usia kurang lebih 4 tahu mempunyai kepekaan menulis, dan pada usia 4- 6 tahun mempunyai kepekaan untuk membaca

            Montessori juga memberikan gambaran peran guru dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan kecerdasan yaitu sebagai berikut:
a.       80 % aktifitas bebas dan 20 % aktifitas yang diarahkan guru
b.      Melakukan berbagai tugas yang mendorong anak untuk memikirkan tentang hubungan dengan orang lain
c.       Menawarkan kesempatan untukmenjalin hubungan sosial melalui interaksi yang bebas
d.      Aturan pengucapan di peroleh melalui pengenalan pola bukan dengan hafalan setiap aspek kurikulum yang melibatkan pemikiran

Montessori juga berpendapat bahwa pada usia 3- 5 tahun anak dapat di ajari untuk membaca, menulis, dan di dikte sambil mengetik. Dengan belajar mengetik anak dapat belajar mengeja, menulis dan membaca. Pengalaman belajar di taman kanak-kanak akan menunjang kemampuan belajar pada tahun-tahun selanjutnya.
Dalam menunjang konsep Montessori dalam pembelajaran program PAUD maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu:
1.      Kurikulum pada pendidikan anak usia dini di desain berdasarkan tingkat  
perkembangan anak
2.      Materi atau metodologi pendidikan yang digunakan dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan anak-anak.
3.      Kopetensi akademis sebagai alat guna mencapai tujuan dan sebagai materi yang berfungsi sebagai pengembangan potensi anak. Montessori menyarankan agar adanya area yang berbeda untuk mewakili lingkungan yang disediakan, yaitu:
a.       Pratical life
Memberi pengembangan dari tugas oganisasional dan urutan kognisi melalui perawatan diri sendiri, perawatan lingkungan, melatih rasa untuk bersyukur,saling menghormati anatar sesama, dan melakukan koor dinasi dengan gerakan fisik.
b.      The sensorial area
Membuat anak mampu mengurutkan, mengklasifikasikan dan menerangka impresi sensori dengan hubungan panjang, lebar, temperatur, masa, warna dan titik.
c.       Mathematics
Memanfaatkan manipulasi materi supaya anak mampu menginternalisasi konsep angka, simbol, urutan operasi, serta memorisasi dari fakta dasar.
d.      Language art
Di dalamnya termasuk pengembangan lisan, tulisan, membaca, kajian tentang grammar, dramatisasi, dan kesusestraan anak. Media yang digunakan untuk mengembangkan keahlian dasar membaca serta menulis yaitu memakai huruf dari kertas, kata-kata dari pasir, menulis di atas air, serta membacakan dongeng untuk anak-anak.
e.       Cultural activies
Membawa anak agar mengetahui dasar-dasar tentang geografis, sejarah serta ilmu soaial, musik serta seni yang semuanya adalah kurikulum terintegrasi.
4.      Lingkungan pada PAUD merupakan lingkungan yang menggabungkan psiko sosial fisik dengan akademis dari seorang anak. Tugas utamanya yaitu menyediakan dasar awal dan umum, dimana di dalamnya termasuk tingkah laku yang positif terhadap sekolah, kebiasaan untuk berinisiatif, kemampuan untuk mengambil sebuah keputusan, disiplin serta rasa tanggung jawab. Dasar-dasar inilah yang di pakai untuk mendapat pengetahuan dan keahlian yang spesifik dalam kehidupan disekolah anak-anak.

            Kembali lagi ke awal bahwa perkembangan anak pada tahap selanjutnya dipengaruhi oleh keberhasilan anak pada perkembangan sebelumnya. Perkembangan dan proses peniruan merupakan merupakan proses yang alami oleh seorang anak. Pada usia satu setengah tahun kepribadian bayi telah berkembang karena sering dengan ledakan bahasa pada usia 2 tahun tidak lama kemudian ia mencapai tahap kesempurnaan yang nyata. Pada usia ini juga anak sudah melakukan berbagai upaya untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, hal tersebut  merupakan upaya yang besar dan karya konstruktif. Pada usia satu setengah tahun bayi mulai melakukan tindakan meniru. Penyataan tersebut sama sekali bukan gagasan baru sebab anak-anak selalu dikatakan meniru orang yang lebih tua. Bahwa perlu disadari, sebelum ia dapat meniru bayi mula-mula memahami apa yang ada disekitarnya dalam artian paham. Gagasanya adalah seperti berikut bahwa segala sesuatu yang harus orang dewasa lakukan adalah berperilaku sebagaimana mestinya karena anak-anak akan meniru. Secara alami memunculkan gagasan bahwa memberikan teladan yang baik dan menekankan keterlibatan semua orang dewasa untuk melakukan hal tersebut terutama guru atau pendidik karena keteladanan mereka bergantung nilai-nilai kebaikan untuk kepentingan semua manusia. Dalam bidang pendidikan dijelaskan bahwa alam mengajarkan peniruan yang membutuhkan persiapan. Upaya pertama yang dilakukan yaitu bayi tidak dimaksudkan meniru namun untuk membentuk kapasitas untuk meniru yang ada pada dirinya, upaya tersebut dimaksudkan agar mengubah dirinya sendiri supaya menjadi sesuatu yang diinginkan dirinya sendiri. Dan sebagai pendidik harus percaya bahwa dapat membantu kekuatan hidup bayi untuk mencapai tujuan-tujuannya, maka penting bagi orang dewasa untuk mengetahui titik-titik mana saja yang perlu dibantu agar bermanfaat. Suatu rangkaian aktivitas pasti harus disempurnakan sehingga dapat disimpulkan bahwa apapun aktivitas cerdas yang sempat kita saksikan pada diri seorang bayi meskipun itu tampak ganjil dimata kita sekalipun atau bertentangan dengan keinginan kita tetapi asal tidak membahayakan bagi dirinya sebaiknya jangan turut campur tangan agar si bayi dapat mampu menyelesaikan rangkaian aktivitas yang disukainya. Jenis aktivitas yang tidak memenuhi tujuan eksternal seperti menaiki tangga, menaiki kursi akan memberikan latihan yang diperlukan bagi anak-anak untuk mengkoordinasikan gerakan-gerakan tubuhnya. Penguasaan gerakan-gerakan tubuh yang terkoordinasi memungkinkan anak meniru tindakan-tindakan orang deawasa. Tujuan utamanya adalah mematuhi dorongan batinnya setelah ia meniru orang-orang dewasa.

            Pada anak usia 2 tahun ia mempunyai kebutuhan untuk berjalan. Anak usia 2 tahun mampu berjalan menempuh jarak satu hingga 3 kilometer serta memanjat jika dia mempunyai gairah dan keinginan untuk melakukannya. Anak mempunyai hukum-hukum perkembangan sendiri, bantuan agar ia tumbuh adalah mengikuti hukum-hukum perkembangannya bukan memaksakan hukum perkembangan orang dewasa pada diri anak. Seorang anak tidak hanya berjalan dengan tungkainya namun ia berjalan dengan matanya karena melihat sesuatu yang menarik ataupun memikat hatinya. Pada diri seorang anak naluri untuk berpindah-pindah, beralih dari satu temuan ke temuan yang lainnya merupakan sifat alaminya dan merupakan salah satu dari bagian pendidikannya. Seorang anak agar mau melakukan eksplorasi perlu diisi dengan minat-minat intelektual. Berjalan merupakan senam yang telah sempurna. Pengerahan otot-otot tidak diperlukan lagi.  Dari pengertiannya berjalan merupakan bentuk senam yang menghasilkan keindahan tubuh. Sedikit demi sedikit seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan manusia akan meningkatkan minat intelektualnya agar lebih luas dengan berjalan dan menikmati cakrawala yang semakin luas, maka dengan cara sepert ini kehidupan anak menjadi semakin kaya. Upaya untuk menjadikan prinsip diatas sebagai bagian dari pendidikan merupakan hal yang penting sebab ketika manusia sudah malas dan mereka lebih berminat menggunankan kendaraan ketika bepergian merupakan sesuatu yang tidak baik. Untuk itu gunakan lengan, tungkai untuk bermain serta otak untuk berpikir dan membaca buku. Hidup seharusnya itu utuh dan tunggal pada tahun-tahun awal ketika anak sedang membentuk dirinya sejalan dengan hukum-hukum pertumbuhan dirinya.
             Setelah usia 3 tahun maka fungsi-fungsi tubuh yang mengakami pembentukan akan berkembang. Pada akhir masa ini anak telah dapat menguasai kekuatan untuk melindungi dirinya sendiri. Kesimpulannya dari usia 3- 6 tahun anak telah mampu memecahkan teka-teki lingkungan secara sengaja dan sadar, serta awal dari seorang anak untuk memulai masa dari daya konstruksi yang baru. Kekuatan-kekuatan yang tersembunyi sebelumnya sekarang mampu diperlihatkan oleh dirinya berkat adanya kesempatan bagi pengalaman sadar yang dijumpai dilingkungan sekitarnya. Pengalaman tersebut bukan sekedar bermain-main ataupun serangkaian aktivitas acak namum merupakan serangkaian kegiatan yang membantu diri dari seorang anak untuk tumbuh kembangnya.

KESIMPULAN
            Didalam pendidikan terdapat masalah utama yaitu bukan pendidikannya tetapi masalah hubungan antara anak dengan orang dewasa. (Ucapan Maria Montessori dalam E.M. Standing, “Maria Montessori: Her Life and Work”, hal. 250). “Anak adalah anak, bukan miniatur orang dewasa. Anak juga bukan layaknya bagaikan sesuatu benda kosong, dimana orang dewasa harus mengisinya dengan sesuatu.” (Course Manual, hal. 11). Maria Montessori juga memandang bahwa pendidikan adalah kunci utama untuk regenerasi kehidupan manusia. Jika pendidikan ingin berhasil, maka harus didasarkan pada anak (Montessori, “education for New world”, Hal.4), tetapi Montessori menegaskan bahwa pendidikan saja tidak cukup hanya diberikan oleh orang tua dan guru yang memiliki asumsi yang salah terhadap anak. Orang dewasa harus meninggalkan anggapannya bahwa anak bagaikan benda kosong yang menunggu untuk diisi dengan pengetahuan dan pengalaman orang dewasa. Asumsi tersebut salah karena setiap anak dilahirkan dengan memiliki potensi dan kemampuannya masing-masing. Disini Montessori juga menegaskan pentingnya orang dewasa untuk menghilangkan egosentris dan keotoriterannya terhadap anak. Hal ini dilakukan agar membantu tumbuh kembang tahapan perkembangan anak.
Setiap orang dewasa berasal dari seorang anak dulunya, Jadi, anaklah yang membntuk dirinya menjadi dewasa. Anak menyerap pengalaman apapun yang ia alami di dunia dan pengalaman tersebut berpengaruh terhadap perkembanganya ketika dewasa kelak. Berdasarkan asumsi ini, Monetssori menegaskan pentingya untuk membebaskan anak dari peran ketergantungannya terhadap orang dewasa, jika anak tersebut kita inginkan agar menjadi orang yang benar-benar mandiri kelak.
Pendidikan pola baru merupaan pendidikan bagi anak yang memberikan peluang agar dapat mengoptimalkan kekuatan unik pada diri seorang anak untuk mengembangkan potensi serta kemampuan yang dimiliki dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Montessori, maria. 2008. The Absorbent Mind. Yogyakarta : Pustaka belajar.
Patmonodewo, Soemiaerti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Asdi  
     Mahasatya.









0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

......RISA.....