Selasa, 08 Mei 2012

PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA SISWA CARA BELAJAR SISWA AKTIF

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Cara belajar yang menyenangkan secara utuh dan menyeluruh bergantung dengan cara yang terstruktur  kaku, rutin dan membosankan karena terpotong-potong informasi yang mereka peroleh. Anak jadi tidak puas dan malas belajar. Anak pun jadi tidak suka belajar, dia bersekolah hanya karena harus pergi sekolah. Dia belajar dan mengerjkan berbagai tumpukan tugas untuk memenuhi perintah guru dan menyenangkan hati orang tuanya. Tegasnya, “anak-anak belajar hanya untuk sekolah”.
Ketika suasana belajar yang tidak menyenangkan ini terjadi, banyak guru hilangkesabaran kemudian menegur, memarahi, bahkan ada yang menghukum anak secara fisik. Padahal suatu proses belajar yang baik haruslah menyenangkan, mampu melibatkan unsur affective-sebuah perasaan yang terpusat pada hati sanubari anak sehingga anak terundang untuk berbuat atau  berprilaku (behavior) patut sebagai anak dengan mengasyikkan. Cara demikianlah yang akan dapat menyentuh unsur kecerdasaan yang juga beragam bukan hanya unsur kognitif semata yang diistilahkan sebagai kecerdasaan beragam (multiple intelligences). Inilah yang akan mencerdaskan dan menguatkan anak-anak kita sebagai siswa pembelajar di sekolah. Jika anak suka belajar, ia akan cinta belajar. Jika ia cinta belajar, pastilah ia akan bisa bukan harus bisa.
Perasaan suka yang dimiliki anak akan mendorong mereka untuk mencari sehingga mereka merasa asyik untuk dapat menemukan sesuatu dengan semangat pantang menyerah. Mereka menjadi cerdas karena ketrampilan proses yang mereka jalani sehingga akhirnya pembelajaran menjadi kuat dalam mendidik mereka berprilaku sebagai anak manusia.
1.      Menyenangkan
Menyenangkan terkait dengan aspek afektif (perasaan). Guru harus berani mengubah iklim dari suka ke bisa. Guru harus bersikap ramah, suka tersenyum, berkomunikasi dengan santun dan patut, adil terhadap semua siswa, serta sabar.

2.      Mengasyikkan
Mengasyikkan terkait dengan prilaku ( learning to do). Guru hendaknya dapat mengundang dan mencelupkan anak pada suatu kegiatan pembelajaran yang disukai dan menantang sehingga mereka asyik. Untuk itu guru mesti dapat menciptakan kegiatan-kegiatan belajar yang kreatif melalui tema menarik yang dekat dengan kehidupan anak. Rancangan pembelajaran terpadu dengan materi-materi pembelajaran yang kontekstual harus dikembangkan secara terus menerus oleh guru.
3.       Mencerdaskan
Mencerdaskan bukan hanya terkait dengan aspek kognitif melainkan juga terkait dengan “ kecerdasan beragam” (multiple intelligences). Pemberdayaan otak kiri dan otak kanan harus dicermati dalam proses pembelajaran. Piliham tema-tema yang dapat mengajak anak bukan hanya berpikir, melainkan juga dapat merasa dan bertindak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menjaadi tanggung jawabnya. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana guru mengalirkan pendidikan normative ke dalam mata pelajaran sehingga adaptif dalam keseharian anak. Inilah yang merupakan tujuan utama dari fundamen pendidikan kecakapan hidup (general life skill) yang tengah bergulir saat ini dalam dunia pendidikan kita.
4.      Menguatkan
Menguatkan terkait dengan aspek proses peroleham 3 M diatas. Jika anak senang dan asyik, tentu saja bukan hanya kecerdasan yang diperoleh melainkan juga” mekarnya kepribadian anak”. Inilah yang akan menguatkan mereka sebagai individu pembelajar. Anak-anak yang memiliki pribadi yang kuat inilah yang sedang diharapkan bangsa kita dapat keluar dari berbagai kemelut multidimensi dan dapat menyongsong era globalilsasi.

B.     Identifikasi Masalah
Masalah pendidikan di negeri ini pada umumnya banyak disebabkan kurang pedulinya orang orang dewasa pada pendidikan. Orang dewasa hanya asyik dengan diri mereka sendiri. Para pemimpin, guru dan orang tua hanya sibuk dengan diri mereka. Negeri ini kurang mencintai anak-anak.
Masalah diseputar pendidikan disebabkan masalah anak sebagai anak manusia diselesaikan dengan beragam kepentingan orang-orang dewasa.
Belajar adalah aktivitas manusia dimana semua potensi manusia dikerahkan. Kegiatan ini tidak terbatas hanya pada mental intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang melibatkan emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Rasa senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, simpati atau anipati, adalah dimensi-dimensi emosional yang turut terlibat dalam belajar itu. “Membenci kejahatan dan mencintai perdamaian” tidak hanya dipahamai secara intelektual, tetapi juga dihayati secara emosional.
Kegiatan fisik, seperti menulis, mengatur, meragakan, dan sebagainya juga terlibat. Belajar menyetir, membuat bangunan, mengetik adalah contoh-contoh bahwa aktivitas fisik itu mempunyai peranan penting. Semua kegiatan inilah yang dimaksud dengan istilah aktif dalam CBSA, sehingga CBSA adalah cara mengajar dengan melibatkan aktivitas siswa secara maksimal dalam proses belajar baik kegiatan mental intelaktual, kegiatan emosional, maupun kegiatan fisik secara terpadu.
Menurut Conny Semiawan, CBSA selalu dihadapkan kepada isi atau pesan yang terarah pada tujuan tertentu. Karena itu, menurut beliau “CBSA yang dipraktikkan adalah cara  belajar siswa aktif yang mengembangkan ketrampilan memproseskan perolehan”. Ketrampilan memproseskan perolehan pada siswa meliputi ketrampilan-ketrampilan : mengamati atau mengobservasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variable, menafsirkan data, menyusun kesimpulan, membuat prediksi, menerapkan dan mengkomunikasikan.

C.    Rumusan Masalah
1.      Pengertian CBSA?
2.      Prinsip-prinsip CBSA?
3.      Modus kegiatan belajar?


D.    Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Siswa live-in di dalam proses belajar-mengajar sehingga mereka menikmati pengalaman belajar itu dengan asyik.
2.      Kegiatan belajar belajar secara antusias
3.      Ada rasa kepenasaran di ikuti dengan sikap on the task

E.     Kajian Pustaka
       Menurut Conny Semiawan, CBSA selalu dihadapkan kepada isi atau pesan yang terarah pada tujuan tertentu. Karena itu menurut beliau “CBSA yang di praktikkan adalah cara belajar siswa aktif yang mengembangkan ketrampilan memproseskan perolehan”. Setiap proses pembelajaran pasti menampakan keaktifan orang yang belajar. Pernyataan ini tidak dapat di tolak kebenarannya. Adanya kenyataan ini menyebabkan sulitnya mendefinisikan pengertian CBSA secara tepat. Kepastian adanya keaktifan siswa dalam setiap proses  pembelajaran memberikan kepastian bahwa pendekatan CBSA bukanlah suatu hal yang kotomis. Hal ini berarti setiap peristiwa pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dapat dipastikan adanya penerapan pendekatan CBSA dan tidak mungkin terjadi penerapan pendekatan CBSA dalam peristiwa pembelajaran.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian CBSA
Pengertian CBSA dapat kita telusuri dalam kegiatan belajar-mengajar. Pemahaman terhadap mengajar ditentukan oleh presepsi guru terhadap belajar. Kalau belajar dianggap sebagai usaha untuk memperoleh informasi , maka mengajat adalah memberi informasi. Kalau belajar adalah untuk memperoleh suatu ketrampilan, maka mengajar adalah melatih ketrampilan. Konsep belajar-mengajar dalam pemahaman seperti itu kurang mendapat tempat bagi CBSA. Seperti telah disebutkan sebelumnya, peserta didik merupakan seorang peneliti yang mengamati lingkungan sekitarnya. Belajar dalam pengertian ini adalah kegiatan untuk mengolah informasi, dengan demikian, mengajar adalah usaha untuk mengoptimalkan kegiatan belajar.

B.     Prinsip-prinsip CBSA
1.      Prinsip motivasi, dimana guru berperan sebagai motivator yang merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari siswa dalam proses belajar-mengajar.
2.      Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru dengan apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya
3.      Prinsip keterarahan yaitu adanya pola pengajaran yang menghubung-hubungkan seluruh aspek pengajaran
4.      Prinsip belajar sambil bekerja yaitu mengintegrasikan pengalamn dengan kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegiatan intelektual
5.      Prinsip perbedaan perorangan yaitu kenyataan bahwa ada perbedaan-perbedaan tertentu diantara setiap siswa sehingga mereka tidak diperlakukan secara klasikal
6.      Prinsip menemukan yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari guru
7.      Prinsip pemecahan masalah yaitu mengarahkan siswa untuk peka pada masalah dan mempunyai keterampilan untuk mampu menyelesaikannya.


C.     Modus Kegiatan Belajar
Modus kegiatan belajar digolongkan dalam 3 teori, yaitu
1.      Belajar reseptif (menerima).
Merupakan usaha untuk menerima informasi, mengolah informasi dan mengkaji informasi. Aktivitas belajar yang dominan dalam modus ialah mendengar, memperhatikan, mengamati, dan mengakaji.
2.      Belajar dengan kemapuan terpimpin yaitu terarah pada usaha menemukan konsep atau prosedur atau prinsip dibawah bimbinagan guru
3.      Belajar dengan penemuan mandiri
Yaitu berusaha menemukan sendiri tanpa bimbingan langsung dari guru. Pada umumnya modus belajar ini merupakan pengembangan dari belajar reseptif dan belajar dengan penemuan terpimpin.






BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
                   Cara belajar siswa aktif tidak berarti cara mengajar guru pasif, tidak berarti juga bahwa apabila siswa belajar secara aktif maka guru pasif. Kegiatan belajar mengajar tidak dapat disamakan dengan permaianan jungkat jungkit. Kualitas interaksi belajar mengajar tergantung pada intensi kegiatan mengajar guru dan intensi belajar siswa. Walaupun guru mempunyai intensi mengajar yang cukup tinggi tetapi kalau siswa tidak menyambutnya dengan intensi belajar yang paling sedikit memadai maka usaha pendidikan menjadi gagal samasekali.
SARAN
            Cara belajar siswa aktif perlu dikembangkan karena menjadikan siswa aktif melalui kegiatan-kegiatan yang membangun kerja baik individu maupun kelompok agar siswa lebih aktif dalam semua pelajaran. Didalam cara belajar siswa aktif  kegiatan belajar harus selalu melibatkan siswa seperti mempraktikkan ketrampilan, mengajukan pertanyaan,  dan mendorong siswa untuk mengajar teman-temannya. Sebaiknya didalam pembelajaran siswa aktif guru tidak berlebihan apabila mempelajari dan menerapkannya dalam praktik pembelajaran.

Daftar Pustaka
Dimyati,dkk. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT ASDI Mahasatya

Rosjidan, dkk. 2001. Belajar dan Pembelajaran.Malang: Universitas Negeri Malang
http://education-mantap.blogspot.com/2010/05/prinsip-prinsip-cara-belajar-stswa.html. Diakses pada hari Selasa Tanggal 25 Oktober 2011 Pukul 16.00 WIB

http://www.scribd.com/doc/2466850/Strategi-Belajar-Mengajar. Diakses pada hari Selasa Tanggal 25 Oktober 2011 Pukul 16.05 WIB

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2013541-101-cara-belajar-siswa-aktif/#ixzz1fEhaShvX. Diakses pada hari Selasa Tanggal 25 Oktober 2011 Pukul 16.07 WIB












1 komentar:

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

......RISA.....